Rabu, 18 Juli 2012


Bahasa memilki peran yang sangat penting bagi perkembangan intelektual, sosial, dan emosional perserta didik. Ada empat skil dalam berbahasa yaitu ; mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kemamapuan berbahasa ini saling terkait.
Memahami sebuah bacaan / teks  berbahasa Inggris adalah hal yang tidak mudah bagi siswa kelas VII. Kosa yang kata yang minim adalah faktor yang menyebabkannya. Kurangnya mereka berlatih membuka kamus. Kurang keberanian membaca dengan suara lantang/nyaring, ketakutan membuat kesalahan pengucapan adalah faktor lain yang sangat dominan. Ada hal yang sangat lucu bila mereka mengucapkan kata atau kalimat berbahasa Inggris.
Di Semester ganjil siswa mendapat materi membaca. Akan tetapi bacaan mereka bukan sebuah teks. Tetapi sebuah ujaran/ ungkapan sehari-hari. Pada semester genap siswa kelas VII mendapat materi membaca sebuah teks deskripsi. Untuk memahami sebuah teks, mereka sering kali mendapat kesulitan. Tidak adanya gambaran yang nyata tentang teks yang dibaca membuat mereka malas membaca dan tidak tertarik akan bacaan yang disediakan oleh guru. Membaca teks bahasa Inggris tanpa gambaran nyata inilah yang membuat momok bagi mereka. Oleh karena itu bahasa Inggris dianggap momok yang menakutkan sepanjang pelajaran.
Penulis menyadari akan hal tersebut di atas. Oleh sebab itu penulis mencoba mengajar bahasa Inggris khususnya reading dengan menggunakan pendekatan kontekstual yaitu menggunakan Wayang Kulit Tiruan. Hal ini karena mereka senang mendengar cerita wayang sesering pertunjukan wayang kulit yang digelar saat ada pesta pernikahan, hajatan sunatan atau ketika bulan Agustus saat hari kemerdekaan yang diselenggarakan di desa. Apalagi saat ” Goro-goro” di mana para Punakawan muncul.

3 komentar: