Kamis, 15 November 2012

hari ini kamis tanggal 15 Nop 2012....ingatanku melayang sehari yang lalu. yach hari rabu...aku ketemu sama anak anak english club. senang banget bisa ketemu mereka...bisa ngomong share berbagi rasa. namun sayang cuma sejam kami bertemu...sukses english club..sukses anak anak ku...

Rabu, 18 Juli 2012

wisata sambil belajar speaking




wisata....
yach..., kata ini sungguh membuat hati kita senang. we got fun. apalagi bersama anak-anak dan sahabat dari luar negeri. wow...seneng banget.

Candi di sekitar Trowulan adalah tujuan kami. anak-anak yang memilih lokasi. pagi itu kami meluncur ke lokasi candi Brahu. "It is great, Pak Es" kata Mas Joe, sahabat kami dari Amerika. "Yach...have you ever gone to this place Brahu Temple, Pak Es?"
"Yes I ever visited, Brahu Temple".
"Wow..., how about Raras, Tita, and Yoda?" asked Mas Joe
" Both Raras and Tita have visited here, but Yoda not yet".

Pukul 10 pagi kami melanjutkan ke ke candi Tikus dan candi Bajang Ratu.

silahkan tunggu kelanjutannya.....


Bahasa memilki peran yang sangat penting bagi perkembangan intelektual, sosial, dan emosional perserta didik. Ada empat skil dalam berbahasa yaitu ; mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kemamapuan berbahasa ini saling terkait.
Memahami sebuah bacaan / teks  berbahasa Inggris adalah hal yang tidak mudah bagi siswa kelas VII. Kosa yang kata yang minim adalah faktor yang menyebabkannya. Kurangnya mereka berlatih membuka kamus. Kurang keberanian membaca dengan suara lantang/nyaring, ketakutan membuat kesalahan pengucapan adalah faktor lain yang sangat dominan. Ada hal yang sangat lucu bila mereka mengucapkan kata atau kalimat berbahasa Inggris.
Di Semester ganjil siswa mendapat materi membaca. Akan tetapi bacaan mereka bukan sebuah teks. Tetapi sebuah ujaran/ ungkapan sehari-hari. Pada semester genap siswa kelas VII mendapat materi membaca sebuah teks deskripsi. Untuk memahami sebuah teks, mereka sering kali mendapat kesulitan. Tidak adanya gambaran yang nyata tentang teks yang dibaca membuat mereka malas membaca dan tidak tertarik akan bacaan yang disediakan oleh guru. Membaca teks bahasa Inggris tanpa gambaran nyata inilah yang membuat momok bagi mereka. Oleh karena itu bahasa Inggris dianggap momok yang menakutkan sepanjang pelajaran.
Penulis menyadari akan hal tersebut di atas. Oleh sebab itu penulis mencoba mengajar bahasa Inggris khususnya reading dengan menggunakan pendekatan kontekstual yaitu menggunakan Wayang Kulit Tiruan. Hal ini karena mereka senang mendengar cerita wayang sesering pertunjukan wayang kulit yang digelar saat ada pesta pernikahan, hajatan sunatan atau ketika bulan Agustus saat hari kemerdekaan yang diselenggarakan di desa. Apalagi saat ” Goro-goro” di mana para Punakawan muncul.

CUBLEK CUBLEK SUWENG SEBAGAI ALTERNATIF BELAJAR SPEAKING




Berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris ( speaking ) bagi sebagian dan umumnya siswa kelas VII adalah sesuatu yang menakutkan. Betapa tidak, bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa asing yang ucapan dan tulisan berbeda. Jangankan berbicara dalam bentuk dialog, mengucapkan salam dan bertanya tentang nama teman bagi mereka adalah hal yang aneh dan membuat kelu lidah mereka.
Di Sekolah Dasar mereka sudah mengenal. Akan tetapi mereka sangat jarang mempraktikan bahasa Inggris atau menggunakan bahasa Inggris dalam bercakap-cakap. Kurangnya drill dari guru, kurangnya keberanian dari mereka, serta ada kecenderungan takut membuat kesalahan. Hal ini karena guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran. Penyebab lain adalah kurang menariknya bahasa Inggris bagi mereka Jika bertemu dengan bahasa Inggris seperti bertemu momok bagi mereka.
Masa anak-anak usia sekolah kelas VII adalah masa bermain. Mereka masih membawa kebiasaan di waktu masih sekolah dasar. Jadi bermain dan bermain adalah kesenangan bagi mereka. Dengan canda dan tawa dalam bermain, mereka bisa mengungkapkan   apa yang ada di hati mereka. Ide-ide meluncur begitu saja. Tentunya permainan tradisional yang mereka sukai . Hal ini dikarenakan mereka tinggal di pinggiran kota / di sudut desa tepatnya di kaki bukit. Ungkapan atau ide-ide mereka tentunya menggunakan bahasa ibu, bahasa pengantar sehari-hari mereka yaitu bahasa daerah (jawa). 
  
         Penulis menyadari akan hal tersebut di atas. Oleh sebab itu penulis mencoba mengajar bahasa Inggris   
         khususnya speaking dengan menggunakan pendekatan kontekstual yaitu menggunakan permainan  
         cublek-cublek sueng salah satu permainan tradisional sebagai metode mengaktifkan mereka 
         berbicara menggunakan bahasa Inggris.